Tentang Tsunami

Apakah Tsunami itu?

Istilah tsunami berasal dari bahasa Jepang; tsu berarti teluk atau pelabuhan, sedangkan nami berarti gelombang. Tsunami berarti gelombang pelabuhan karena sering menyerang pelabuhan di pesisir pantai Jepang. Tsunami adalah gelombang transien yang disebabkan oleh gempa tektonik di dasar laut. Tsunami mempunyai periode berkisar antara 10 menit hingga satu jam.

Sistem Peringatan Dini Tsunami

Sistem peringatan dini (SPD) tsunami adalah sebuah sistem yang dirancang untuk mendeteksi tsunami dan kemudian memberikan peringatan untuk mencegah jatuhnya korban. Sistem ini umumnya terdiri dari dua bagian penting, yaitu jaringan sensor untuk mendeteksi tsunami serta infrastruktur jaringan komunikasi untuk memberikan peringatan dini adanya bahaya tsunami kepada wilayah yang terancam agar proses evakuasi dapat dilakukan secepat mungkin. Terdapat dua jenis SPD tsunami, yaitu SPD tsunami internasional dan SPD tsunami regional.
Gelombang tsunami memiliki kecepatan antara 500 hingga 1.000 km/jam (sekitar 0,14 - 0,28 kilometer per detik) di perairan terbuka, sedangkan gempa bumi dapat dideteksi dengan segera karena getaran gempa memiliki kecepatan sekitar 4 kilometer per detik (14.400 km/jam). Getaran gempa yang lebih cepat dideteksi daripada gelombang tsunami memungkinan dibuatnya peramalan tsunami, sehingga peringatan dini dapat segera diumumkan kepada wilayah yang terancam bahaya. Akan tetapi sampai sebuah model yang dapat secara tepat menghitung kemungkinan tsunami akibat gempa bumi ditemukan, peringatan dini yang diberikan berdasarkan perhitungan gelombang gempa hanya dapat dipertimbangkan sebagai sekedar peringatan biasa saja. Agar lebih tepat, gelombang tsunami harus dipantau langsung di perairan terbuka sejauh mungkin dari garis pantai dengan menggunakan sensor dasar laut secara real time.
Perekam tekanan dasar—yang menggunakan buoy sebagai alat komunikasi—dapat digunakan untuk mendeteksi gelombang yang tidak dapat dilihat oleh pengamat manusia pada laut dalam. Sistem sederhana yang pertama kali digunakan untuk memberikan peringatan awal akan terjadinya tsunami pernah dicoba di Hawaii pada tahun 1920-an. Kemudian sistem yang lebih canggih dikembangkan lagi setelah terjadinya tsunami besar tanggal 1 April 1946 dan 23 Mei 1960. Amerika serikat membuat Pasific Tsunami Warning Center (PTWC) pada tahun 1949 dan menghubungkannya ke jaringan data dan peringatan internasional pada tahun 1965. Salah satu sistem untuk menyediakan peringatan dini tsunami (CREST Project) dipasang di pantai barat Amerika Serikat, Alaska, dan Hawaii oleh USGS, NOAA, dan Pacific Northwest Seismograph Network, serta oleh tiga jaringan seismik universitas.
Hingga saat ini, sistem prediksi tsunami masih merupakan ilmu yang tidak sempurna, dalam arti belum dapat sepenuhnya mendeteksi kejadian tsunami. Episenter dari sebuah gempa bawah laut dan kemungkinan kejadian tsunami dapat cepat dihitung. Pemodelan tsunami yang baik telah berhasil memperkirakan seberapa besar perpindahan massa air yang terjadi. Walaupun begitu—karena faktor alamiah yang sering tak termodelkan dan tak terduga—sering terjadi peringatan palsu.

Mengapa terjadi tsunami?

Tsunami diakibatkan oleh adanya gempa bumi tektonik dasar laut, letusan gunung api di laut, longsoran bukit/palung laut, atau oleh hantaman meteor pada perairan laut.
Tsunami yang disebabkan oleh gempa tektonik dipengaruhi oleh kedalaman sumber gempa serta panjang, kedalaman, dan arah patahan tektonik. Pada umumnya, tsunami baru mungkin terjadi apabila kedalaman pusat gempa kurang dari 60 km di bawah permukaan laut.
Segera setelah dibangkitkan, tsunami merambat ke segala arah. Selama perambatan, tinggi gelombang semakin besar akibat pengaruh pendangkalan dasar laut. Ketika mencapai pantai, massa air akan merambat naik menuju ke daratan.
Tinggi gelombang tsunami ketika mencapai pantai sangat dipengaruhi oleh kontur dasar laut di sekitar pantai tersebut, sedangkan jauhnya limpasan tsunami ke arah darat sangat dipengaruhi oleh topografi dan penggunaan lahan di wilayah pantai yang bersangkutan.

Mengapa tsunami merusak?

Tsunami mengakibatkan terjadinya kenaikan muka air laut yang besar, sehingga menimbulkan perbedaan tinggi energi. Perbedaan tinggi energi ini menimbulkan aliran dengan kecepatan yang tinggi. Aliran ini mempunyai daya rusak yang sangat besar.

Apakah yang perlu dilakukan?

Untuk mengurangi kerusakan dan korban yang ditimbulkan oleh tsunami, maka daerah pesisir pantai perlu mendapatkan perlindungan. Namun perlindungan secara fisik hampir tidak mungkin untuk dilakukan karena akan memerlukan biaya yang sangat besar. Konstruksi pelindung hanya akan berfungsi secara efektif untuk melindungi teluk yang mempunyai mulut tidak terlalu lebar. Konstruksi pelindung harus kuat untuk menerima tekanan gelombang tsunami, disamping cukup tinggi untuk menghindarkan limpasan gelombang.
Cara yang lebih efektif adalah dengan melatih penduduk dalam menghadapi tsunami dan menghindarkan pembangunan konstruksi di daerah yang sering diserang tsunami. Berikut ini tindakan yang perlu dilakukan untuk mengurangi risiko bencana tsunami.
(1) Membuat sistem peringatan dini.
(2) Relokasi daerah permukiman yang rawan tinggi terhadap ancaman tsunami.
(3) Edukasi kepada masyarakat tentang berbagai hal yang berkaitan dengan tsunami, misalnya tanda-tanda kedatangan tsunami dan cara-cara penyelamatan diri, sehingga masyarakat siap dan tanggap apabila suatu saat tsunami datang secara tiba-tiba.
(4) Membuat jalan atau lintasan untuk menyelamatkan diri dari tsunami.
(5) Menanami daerah pantai dengan tanaman yang secara efektif dapat menyerap energi gelombang (misalnya mangrove)
(6) Membiarkan lapangan terbuka untuk menyerap energi tsunami.
(7) Membuat dike ataupun breakwater di daerah yang memungkinkan.


Sumber : http://piba.tdmrc.org/content/tsunami